Recent Blog post

Archive for Januari 2013


Bagi para pengunjung AndzZ-Blog'z yang menemukan link mati.
Harap Lapor disini, Insyaallah Admin akan memperbaiki linknya !

Terimakasih..

Lapor Link Mati

By : Unknown
Kamis, 24 Januari 2013
0

1. Light Yagami ( Kira )


Tanggal Lahir : 28 Februari 1986 di Manga (1989 di anime)
Tanggal Wafat : 28 Januari 2010 (2013 di anime)
Status : Kira
Pengetahuan : 9/10
Kekuatan Konseptualisasi : 10/10
Tindakan : 8/10
Motivasi : 10/10
Keterampilan Sosial : 10/10

Light Yagami (夜 神 月, Yagami Raito) adalah seorang anak yang sangat pintar dan merupakan anak polisi yang bernama Shoichiro Yagami. Dia menemukan sebuah buku catatan yang sengaja dijatuhkan milik Dewa Kematian bernama Shinigami Ryuk yang disebut Death Note. Menurutnya, dunia yang indah merupakan dunia yang aman dan bersih dari kejahatan. Maka dari itu, ia membunuh dan mengadili para penjahat. Hingga ia dicari-cari oleh seorang detektif dan Light mendapat julukan Kira (pembunuh).
 

2. L Lawliet


Tanggal Lahir : 31 Oktober 1979 (1982 di anime)
Tanggal Wafat : 5 November 2004 (2007 di anime)
Status : Detektive terhebat di dunia
Pengetahuan : 9/10
Kekuatan Konseptualisasi : 10/10
Tindakan : 9/10
Motivasi : 10/10
Keterampilan Sosial : 1/10

L Lawliet (エル ローライト, Eru Rōraito) adalah seorang detektive yang dapat mengendalikan kepolisian di seluruh dunia. Dia berusaha untuk menangkap Kira (pembunuh yang dapat membunuh manusia dengan hanya menulis nama manusia yang akan dibunuhnya dengan menggunkan Death Note). Nama asli L adalah Locious Lawliet.

3. Misa Amane


Tanggal Lahir : 25 Desember 1984 (1987 di anime )
Tanggal Wafat : 14 Februari 2011 (2014 di anime)
Status : Kira Kedua
Pengetahuan : 3/10
Kekuatan Konseptualisasi : 4/10
Tindakan : 10/10
Motivasi : 6/10
Keterampilan Sosial : 10/10


Misa Amane (弥 海砂, Amane Misa) adalah seorang model yang datang ke Jepang untuk bertemu dengan Kira (Light Yagami). Ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi Light karena fakta bahwa Kira menghukum kriminal yang menewaskan orang tuanya di depan matanya sendiri. Misa mendapatkan Death Note dari seorang shinigami perempuan bernama Rem dan akhirnya menjadi kira kedua.

4. Nate River ( Near )

Tanggal Lahir : 24 Agustus 1991 (1994 di anime)
Tanggal Wafat : -
Status : Penerus L
Pengetahuan : 9/10
Kekuatan Konseptualisasi : 10/10
Tindakan : 6/10
Motivasi : 10/10
Keterampilan Sosial : 1/10

Nate River (ネイト リバー, Neito riba) atau lebih dikenal sebagai Near (ニア, Nia) merupakan salah satu dari dua penerus L. Ia dibesarkan di panti asuhan Watari bagi anak-anak berbakat (Wammy's House). Near memiliki tinggi 155 cm dan tipe darahnya adalah golongan B. Near adalah tingkat yang lebih berkepala, tenang menilai situasi daripada Mello yang lebih emosional dan cepat untuk bertindak. Banyak seperti L, Dekat menunjukkan berbagai perilaku aneh selama kehidupan normal Ia biasanya terlihat membungkuk daripada duduk, dan dia juga selalu bermain dengan berbagai mainan, yang ia gunakan dalam teori-teorinya.. Dia menunjukkan hormat untuk L, mendasarkan banyak bagaimana dia memecahkan kejahatan pada metode L, bahkan sampai ke titik di mana ia hanya membutuhkan waktu kasus bahwa ia memiliki kepentingan pribadi dalam daripada mencoba untuk mengejar keadilan.

5. Michael Keehl ( Mello)

Tanggal Lahir : 13 Desember 1989 (1992 di anime)
Tanggal Wafat : 26 Januari 2010 (2013 di anime)
Status : Rival Near
Pengetahuan : 7/10
Kekuatan Konseptualisasi : 8/10
Tindakan : 10/10
Motivasi : 10/10
Keterampilan Sosial : 9/10


Mihael Keehl (ミハエル ケール, Mihaeru Kēru) yang lebih dikenal sebagai Mello (メロ, Mero) merupakan rival Near. Dia adalah anak tertua dari dua penerus L. Ia dibesarkan di Rumah Watari atau Wammy's House bagi anak-anak berbakat di Winchester, Inggris.

Ketika Roger memberitahu bahwa L telah meninggal, Roger meminta agar Mello dan Near bekerjasama untuk menangkap Kira, tetapi Mello menolak. Dia menginggalkan Wammy's House setelah mengatakan "Aku akan menemukan jalan sendiri." Cara yang digunakan Mello untuk menangkap Kira sangatlah kurang konvensional.

6. Teru Mikami

Tanggal Lahir : 7 Juni 1982 di Manga (1985 di anime)
Tanggal Wafat : 7 Februari 2010 (28 januari 2013 di anime)
Status : Kira keempat atau X-Kira
Pengetahuan : 8/10
Kekuatan Konseptualisasi : 7/10
Tindakan : 8/10
Motivasi : 10/10
Keterampilan Sosial : 5/10

Di versi manga maupun anime, Teru mikami dipilih menjadi kira baru oeh yagami. Ketika Yagami berpikir terlalu bahaya untuk misa amane memegang death note lebih lama lagi, ia menyuruh misa menyerahkan kepemilikan death note-nya kepada mikami.

Mikami melakukan pernukaran mata dengan Ryuk, dan ia mendapatkan Mata shinigami.

7. Mail Jeevas

Tanggal Lahir : 1 Februari 1990 (1993 di anime)
Tanggal Wafat : 26 Januari 2010 (2013 di anime)
Status : Kaki Tangan Mello
Pengetahuan : 6/10
Kekuatan Konseptualisasi : 6/10
Tindakan : 7/10
Motivasi : 7/10
Keterampilan Sosial : 3/10


Mail Jeevas (マイル ジバス, Mairu Jibasu) atau lebih dikenal dengan nama Matt (マット, Matto) adalah teman terbaik Mello dari Wammy Rumah dan komplotannya. Dia suka video game dan tidak suka keluar. Matt biasanya dikenal dengan kacamata jeruk tanda tangan dan merokok. Beberapa orang bahkan berpikir bahwa Matt dan Mello adalah kekasih. Dia melakukan pekerjaan spionase untuk Mello dan memainkan peran penting dalam penculikan Takada. Tidak banyak lagi yang dapat diketahui tentang Matt, selain ia adalah mantan penduduk Wammy's House.

Nahh.. Mana Character Favorite kalian ? Kalo Admin semuanya >.<
Segitu dulu ya Characternya.. nanti Admin Update kok!



Daftar Character Di Death Note

By : Unknown
Jumat, 18 Januari 2013
0

Death Note adalah judul sebuah serial manga Jepang yang ditulis oleh Tsugumi Ohba dan ilustrasi oleh Takeshi Obata. Manga ini menceritakan tentang Light Yagami, seorang siswa jenius yang secara kebetulan menemukan Death Note milik shinigami (dewa kematian). Direalisasikan di majalah Shonen Jump dari Januari 2004 hingga Mei 2006 dengan total 108 bab. 

Versi tankoubonnya terbit sebanyak 12 jilid dan 1 jilid spesial yang berjudul How to Read 13 yang berisi tentang penjelasan dan profil tentang Death Note.

Judul : Death Note

Pengarang : Tsugumi Ohba

Ilustrator : Takeshi Obata

Penerbit : M & C, Jump Comics

Genre : Shounen, Mistery, Supernatural, Psichological

Rating : 18+

Death Note terbit sebanyak 12 Jilid (tankoubon) dengan total keseluruhan sebanyak 108 bab (chapter) plus 1 jilid spesial berjudul How to read 13 yang berisi tentang penjelasan, profil tokoh, kronologis cerita Death Note dari awal hingga akhir, dan satu cerita pendek Jump Comics sudah lama menerbitkan komik ini hingga tamat, sedangkan untuk M & C, baru terbit hingga jilid ke-6. Anime Death Note juga telah lama dirilis.

Selain dibuatkan versi Anime, Death Note juga dibuatkan versi Live Action Layar lebarnya yang terdiri dari dua bagian, Death Note dan Death Note: The Last Name. Rencananya akan dirilis film ketiga Death Note yang berjudul L di tahun 2008 ini.


Sinopsis 

Manga ini bercerita mengenai Death Note (buku kematian) yang sengaja dijatuhkan oleh Ryukk, seorang Shinigami (malaikat kematian, reaper) ke dunia manusia, di mana bila nama seseorang ditulis dalam buku tersebut, maka orang itu akan segera meninggal. Buku ini kemudian ditemukan oleh Yagami Raito (Light Yagami), seorang siswa jenius anak seorang inspector kepolisian jepang. Awalnya Raito tidak percaya dengan kekuatan Death Note tersebut, namun setelah ia coba dan berhasil, ia mulai percaya. Ditambah lagi dengan kemunculan Ryukk yang akan selalu mengikuti orang yang menemukan Death Note-nya. Dengan kejeniusannya, Raito kemudian berencana menggunakan buku tersebut untuk menciptakan dunia baru yang bersih dari kejahatan (utopia) dengan dirinya sebagai dewa.

Raito kemudian mendapatkan data para kriminal dari televisi dan dari database kepolisian pusat. Ke semua kriminal tersebut dibunuhnya dengan menggunakan Death Note. Kematian para kriminal yang tidak wajar dan dalam waktu yang hampir bersamaan ini membuat masyarakat dan pihak kepolisian merasa kejadian ini bukanlah terjadi secara kebetulan. Meskipun terdengar tidak masuk akal, pihak kepolisian mulai merasa ada seseorang di balik semua kejadian yang menimpa para kriminal tersebut. Raito yang menggunakan kekuatan Death Note kini disebut sebagai Kira (Killer dalam dialek jepang) dan dianggap sebagai dewa oleh orang-orang yang pro dengan tindakan Raito tersebut.

Polisi kemudian meminta bantuan kepada seorang detektif bertaraf International yang wajahnya tak pernah kelihatan sebelumnya. Detektif tersebut menyebut dirinya dengan sebutan L. Dengan menjebak Raito, L mulai menyadari kalau Kira (Raito) dapat membunuh seseorang dalam jarak jauh meskipun tanpa menyentuhnya sedikit pun.

Menyadari kalau ia telah dijebak, Raito mulai menyatakan perang pada L. Dimulailah perang analisis dan psichology antara dua orang jenius, L dan Raito.

Tanggapan
Meskipun Death Note bercerita mengenai sebuah buku kematian yang dapat membuat orang meninggal, manga ini lebih banyak bercerita mengenai perang analisis intelegensi tinggi antara tokoh-tokohnya (Raito, L, Mello, Near). Unsur mistis ataupun khayalan tidak begitu menonjol di manga ini.

Antara Manga dan versi Live Action layar lebarnya jelas alur ceritanya berbeda. Tapi kalau disuruh memilih mana yang ceritanya saya suka, saya lebih suka versi live action-nya, karena ceritanya tidak begitu panjang dan berbelit-belit. Meskipun alur ceritanya berbeda, tetap ada persamaan antara Live Action dan manganya. Salah satunya, adegan terakhirnya (saat climax) persis dengan manganya. Dalam versi Live Actionnya, Raito Yagami diperankan oleh Tatsuya Fujiwara, sedangkan L diperankan oleh Kenichi Matsuyama

Meski tanpa kubuatkan review, penggemar Death Note sudah lumayan banyak di Indonesia. Tapi berhubung terbitan resminya belum lama keluar, saya pikir manga ini perlu dibuatkan sinopsis. Seperti di kota tempat tinggal saya ini, masih banyak penggemar komik yang belum mengenal Death Note.

Satu hal lagi, anak-anak, orang yang daya intelegensinya kurang, orang yang baru kenal komik dan cepat bosan jangan harap bakalan suka baca komik ini. Analisis dari tiap tokohnya terkadang bikin bingung dan bikin kepala panas. Baca satu jilid komik ini sama dengan membaca dua komik biasa, saking penjelasan analisis-analisisnya yang begitu panjang.

Komik ini cocok untuk seorang expert komik jepang yang ingin komik dengan cerita yang lebih berat dan beda. Cerita Death Note yang mungkin tidak memiliki kesamaan dengan sederetan komik-komik yang terbit di indonesia membuat Death Note memiliki penggemar yang lumayan banyak di Indonesia.

Gambar

Ilustrasi buatan Tsugumi Ohba memang membuatku kagum. Gambarnya sangat bagus. Sampul cover Death Note saja terlihat artistik meskipun terkesan horor. Sesuai dengan tema dan ceritanya, gambarnya memang detail. Sekadar info bagi yang belum tahu, Takeshi Obata juga ilustrator untuk Hikaru no Go (Hikaru’s Go). Penggemar Hikaru no Go mungkin akan langsung tahu ilustrasi Death Note buatan Takeshi Obata. Tetapi di Death Note, gambarnya lebih bagus dan lebih dewasa .

Tentang Death Note

By : Unknown 0



Hujan mengguyur winchester sangat deras, di sebuah panti asuhan terbesar bernama wammy's house seorang pria tua menggenggam seorang anak berambut hitam berumur 12 tahun, matanya yang semerah darah menatap lantai yang ia lewati…

Krek..! sebuah pintu terbuka, menampilkan puluhan anak-anak panti yang sedang bersantai dan bermain di ruangan besar itu, mungkin bisa di sebut sebuah aula atau ruang santai. Yang jelas kini semua anak terpaku pada seorang pria paruh baya itu, setelah pria itu meminta perhatian mereka.

"hari ini aku akan memperkenalkan teman baru untuk kalian, beyond ayo kenalkan dirimu"pria itu mendorong anak itu dengan lembut.

Anak itu hanya menatap wajah-wajah orang yang memperhatikannya, tidak bukan wajah, lebih tepat dia memperhatikan dahi mereka satu persatu. Mata merah nya menelusuri setiap anak di tempat itu dan akhirnya berhenti pada seorang anak berrambut merah yang sedang bermain game di jendela 'mail jeevas' pikirnya, kemudian matanya beralih pada anak di sampingnya yang sedang memakan coklat batang dengan kasar. 'mihael kheel' lagi dia bicara dalam hati dan terakhir matanya tertuju pada anak yang memojok sendiri dengan puzzle yang ia susun 'nate river'.

"roger siapa dia, mengapa dia hanya diam saja dan memperhatikan kami? Apa dia bisu?" ucap anak berambut kuning yang di kuncir dua pada pria tua di samping anak itu. 'linda'anak itu membaca nama di dahi anak perempuan itu.

"aku beyond birthday, dan aku dapat bicara"ucap anak bermata rubby itu menatap tajam kearah linda.

Semua anak langsung berbisik, membicarakan beyond. Rata-rata mereka takut, dan menganggap beyond sangat aneh. Namun beyond hanya diam tak peduli, dia sudah sering di anggap aneh oleh orang lain bahkan keluarganya. Beyond birthday pemilik mata shinigami, hanya dengan melihat wajah seseorang dia dapat menentukan kapan orang itu akan mati dan siapa nama mereka, dia hanya tinggal membaca tulisan dan angka-angka yang berterbangan di dahi orang itu, tapi karena hal itu juga tak ada yang berani mendekatinya.

"beyond, sebaiknya kau bisa bermain bersama mereka, dan kalian bermainlah bersama beyond. Saya akan pergi karna ada yang harus saya kerjakan"ucap roger dan langsung meninggalkan beyond dan anak-anak lain di ruangan itu.

Anak-anak masih melihat dan membicarakan beyond kecuali ketiga anak yang sibuk dengan dunia nya sendiri, 'mihael kheel, mail jeevas, dan nate river' nama-nama itu memenuhi pikiran beyond, dia tersenyum, kemudian dia pergi keluar meninggalkan anak lain yang masih sibuk membicarakannya.

Beyond pergi ke kamarnya,

"aku tak peduli dengan orang lain, tapi mereka bertiga sepertinya menarik."ucapnya

Beyond memang sudah tak ambil pusing jika orang lain menganggapnya aneh dan menjauhinya, tidak punya teman atau apapun baginya sama saja. Dia pun tak pernah merasa harus bersedih saat orang tua nya mati dalam kecelakaan, karena sesungguhnya dia sudah tau hari itu akan tiba, saat semua angka-angka itu terus berkurang dan berubah menjadi 0.

"hey mello! Sepertinya kau keterlaluan mengerjai near hari ini"ucap seorang anak berambut merah yang berumur 5 tahun kepada anak blonde yang diikutinya.

"jangan bodoh matt! Kau ini seperti tidak tau aku saja! Kau tidak liat wajahnya dia biasa saja berarti dia tidak keberatan! Walau aku tetap kesal dengan sikapnya itu, tapi aku tetap senang bisa menghancurkan menara-menaranya itu hahaha,,,"ucap anak blonde bernama mello yang berumur 6 tahun. Sementara matt hanya diam sambil berlari kecil mengikuti temannya itu yang menurutnya sangat cepat.

Beyond melirik ke ruangan di sebelahnya, saat itu ia kaget karna kedua anak tadi keluar dari pintu di sampingnya saat ia sedang berjalan di lorong itu. Beyond melihat anak berambut putih dengan piyama putih kebesaran yang terduduk sambil menyusun kembali menara yang telah hancur di sekelilingnya umurnya mungkin 4 tahun,

'nate river'pikir beyond, Dia ingin masuk, tapi dia mengurungkan niat nya dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Sejak hari itu, beyond selalu menunggu melihat mello dan matt mengganggu near di ruang bermain sambil menjilat selai strawberry di jari-jarinya.

"emm… beyond?'' beyond sedikit kaget saat seseorang mendekatinya. 'A' pikirnya. Anak itu seumuran dengan nya, dan dia tau karna memang hanya dia dan A berada di kelas yang sama dan A adalah satu-satu nya temannya.

"sedang apa kau disini?'' ucap A

''hanya mengamati'' singkat selalu.

''oh.. kau seperti tertarik pada mereka ya B?'' beyond menatap kea rah A kemudian melanjutkan menjilat jari nya.

''ya, sedikit…''

''kenapa tidak kau dekati?''

''kenapa aku harus? Aku tidak suka bermain dengan orang lain aku suka sendiri''

''ya aku mengerti…''

''A kemari aku mau menunjukan sesuatu pada mu!'' beyond langsung menarik tangan A yang kebingungan.

A adalah temannya satu-satunya yang beyond percaya di panti asuhan Wammy house, A dan beyond dekat karna A orang pertama yang tidak takut pada beyond, dan entah kenapa beyond sangat nyaman dekat dengan A. seperti alphabet A selalu dekat dengan B.

Kreet.. pintu kamar beyond terbuka menampilkan ruangan yang cukup luas, satu tempat tidur dan meja di samping nya, ini pertama kali nya A masuk ke kamar B padahal B sering sekali ke kamar A, itu karna B tak pernah membolehkan siapa pun memasuki kamar nya. Tapi ada yang membuat A sedikit syok, matanya membesar saat B menunjukan benda di belakangnya…

"B? sejak kapan kau membuatnya?"Tanya A mendekati benda yang di tujukan B.

"setiap malam… aku insomnia, dan aku bosan jadi aku membuatnya."ucap B dan duduk di kursi belajar sementara A duduk di tempat tidur B.

''apa kau suka A?''

''jadi ini aku?'' Tanya A menggenggam sebuah boneka yang di berikan B, boneka itu berambut hitam dari benang wol, bermata kancing coklat dan sebuah jaitan benang membentuk senyum di wajahnya. Boneka itu terbuat dari kain panel dan diisi oleh kapas wol, sangat lembut walau sedikit menyeramkan.

''aku suka'' ucap A, tersenyum ia juga tak tau kenapa ia menyukainya.

''sepertinya kau membuat banyak, dan sesuai dengan anak di wammy, apa kau sangat menyukai mereka?''

''tidak, aku tidak suka, hanya saja mereka menarik'' B menyeringai, entah kenapa setiap ia tersenyum lebih seperti seringaian.

''apa aku boleh memiliki ini?''

''tentu saja, itu memang buat mu, dan mungkin aku akan memberikan ini juga pada pemiliknya nanti'' B memegang dua boneka yang satu berambut blonde dan satu lagi berambut merah. 'matt dan mello' pikir A. namun tiba-tiba terdengar jeritan dari arah pintu.

''aaaaaaaaaaaarrrrggggggggghhhh!'' dua orang anak menjerit karna syok melihat boneka di tangan B.

ya mereka adalah mello dan matt. Dan mereka langsung berlari meninggalkan tempat itu, B hanya terkikik dengan apa yang mereka lakukan sedang A hanya menghela nafas. Dia tau kenapa mereka berteriak, itu bukan karna boneka nya, ya mungkin karna itu, tapi lebih tepat karna boneka itu berlumuran warna merah, seperti darah, padahal itu hanya selai strawberry yang tadi B makan.

''kau sengaja ya?''

''hihihihi… kau lihat wajah mereka pfftt…'''B menahan tawa.

''kau tau mereka kira itu darah, dan mereka sangka kau mau menyantet mereka kau tau itu"

''hahahahaha… bukan kah itu lucu'' B masih tertawa mengingat pemandangan tadi, A jadi ikut tertawa.

A mulai melihat boneka lain di meja B ada dua boneka lagi, satu boneka dengan rambut wol putih dan satu nya dengan rambut hitam. A tau yang berambut putih adalah near tapi untuk yang rambut hitam dia sedikit bingung, awalnya ia kira itu adalah B namun aneh karna matanya berkancing hitam bukan merah, semua boneka memiliki mata yang berwarna sama seperti orang aslinya, matt berkancing mata hijau, mello berkancing mata biru, near berkancing mata hitam dan A berkancing mata coklat, lalu siapa boneka ini?

''emm… B siapa ini?'' A mengambil bonek berambut hitam di meja itu, A melihat B sedikit ada rona merah di pipinya.

"itu.. L" ucapnya malu. A sedkit bingung tapi kemudian tersenyum.

''jadi kau sudah bertemu dengan nya?'' B mengangguk.

A memang merasa B mirip dengan L, hanya mata merah dan rambut B sedikit lebih rapi. A sesekali bertemu L karna L adalah mentor nya, dan A adalah anak yang akan menggantikan L saat L tidak lagi ada. Terkadang A depresi jika memikirkan itu. Seakan dia hanya sebuah boneka yang hanya di pakai saat di perlukan, dia telah lama kehilangan identitasnya saat ia memasuki tempat bernama wammy ini. A anak tercerdas se panti asuhan penerus pertama L detektif terhebat didunia, itulah identitasnya sekarang.

''A?'' B membuyarkan lamunan A.

''ah, ya maaf B" A tersenyum. ''sepertinya sudah waktunya makan malam sebaiknya kita pergi'' lanjutnya.

''ya, tapi kau tidak apa kan?''

''ya, tenanglah B'' A tersenyum lagi. Mereka pun pergi keruan makan.

beberapa tahun setelahnya, saat itu adalah pulang sekolah. Dan entah kenapa B ingin sekali langsung bertemu A. B yakin A ada dikamarnya jam segini, tentu saja dia sedang belajar. A orang yang senang menghabiskan waktu di kamar nya dan B selalu senang mengunjungi A.

''A..'' B mulai memanggil, tapi tidak ada jawaban.

''A?'' dia memanggil sambil mengetuk pintu, masih sepi.

Akhirnya ia memutuskan untuk masuk karna ternyata tidak di kunci. B mulai masuk tapi kemudian dia berhenti dan syok, matanya melebar. A telah tergantung di depannya, sebuah tali melingkar di lehernya. B syok dia mundur sampai berhenti di dinding, dia ingat tanggal hari ini, tanggal yang sama seperti yang selalu ia lihat di dahi A. tubuh nya bergetar tapi entah kenapa ia tidak bisa berteriak, bergerak, nafas nya terengah-engah dia tidak tau apa yang harus ia lakukan sama seperti saat orang tua nya meninggal di depan matanya. Sampai tiba-tiba seorang anak perempuan berkuncir dua berteriak menyadarkannya.

B mendekati mayat A tubuhnya masih bergetar, tapi ia mencoba menurunkan mayat A. B memeluk A dengan erat, air mata nya mengalir, dia mencium dahi A. Roger, watari dan L datang dan meyuruh B keluar, B kemudian menuju kamar nya. Dia memasukan baju kedalam tas nya, kemudian menatap 4 boneka di mejanya.

1 jam setelahnya L memerintahkan roger ke kamar B dan memanggilnya, L tau B pasti syok karna kejadian ini. L tau B sangat mengagumi nya dan A adalah sahabat terbaik B, dan L ingin membuat B tenang dengan kehadirannya, sama seperti saat ia menemukannya di rumah sakit saat kedua rang tua nya mati, B sangat cerdas dan L tau itu B adalah penerus kedua nya, tapi L lebih menganggap B sebagai B orang yang ia temui 3 tahun lalu di ruangan nya saat B tidak sengaja memasuki ruangan nya.

Roger datang ke ruangan L dengan terengah-engah, dia meminta L ke kamar B. L pun mengkuti nya dan dia melihat 4 boneka terpaku di keempat sisi ruanga. boneka-boneka yang menyerupai dirinya dan anak didik nya, near,mello dan matt. Di bawah boneka itu terlihat nama masing-masing, nate river, mihael keehl, mail jeevas dan L lawliet yang di tulis dengan darah, ya darah dari B Dan B telah pergi meninggalkan wammy house.

"L, kau yakin B tidak membunuh A?'' tanya watari, seminggu setelahnya.

"aku yakin. A bunuh diri bukan di bunuh"ucap L pasti.

''lalu bagaimana dengan boneka yang di temukan di kamar A?''

''boneka itu di berikan pada A, dan boneka lain yang di temukan dikamar nya adalah boneka yang ia ingin berikan juga pada kami, tapi rencananya berubah saat kematian A. dia akan balas dendam, dan aku akan menunggunya, aku yakin dia akan melakukannya dan menantang ku.'' Ucap L sambil menyeruput teh manisnya. Watari, hanya diam. Tapi dia tau L telah menyalahkan dirinya sendiri, dia melihat detektif itu semakin tertutup dan sendiri.

"jangan salahkan dirimu L'' ucapnya

The end..

Beyond Birthday - Sebelum Meninggalkan Wammy's House

By : Unknown 2


Wammy's House (terletak di Winchester, Inggris) adalah salah satu dari banyak panti asuhan yang didirikan oleh W Watari (Alias Quilish Wammy). Didirikan setelah Perang Dunia II, Wammy's House mulai sebagai fasilitas pelatihan untuk anak-anak dengan kecerdas luar biasa dari seluruh dunia. Wammy house menjadi tempat yang sangat disegani, hanya orang-orang dengan kejeniusan tingkat tinggi yang bisa masuk institut ini. Banyak orang dari wammy house menjadi agen-agen rahasia dalam
misi-misi dunia dan terlibat langsung engan FBI untuk memecahkan kasus-kasus penting dan membantu misi-misi rahasia sebuah negara. Dalam sebuah misi, semua agen menyembunyikan nama asli mereka dem menggunakan alias atau inisial yaitu alfabet nama tersebut dan dilanjut dengan nama samaran. Salah satunya adalah L Ryuzaki (alias L Lawliet) adalah seorang jenius bimbingan Wammy's house, dia sangat berjasa dalam dunia kriminal. L menjadi detektif terhabat yang berhasil memecahkan kasus-kasus kriminal selah satunya yaitu kasus KIRA, selain itu dia menjadi penyelamat dengan menyelamatkan dunia dari serangan virus ganas.

Kematian L.

L mati dalam misi penangkapan KIRA, walau sudah mati tapi L tetap menjadi seorang figur yang tidak akan dilupakan semua orang dengan pengorbanannya yang besar rela mati demi perdamaian. Semenjak ketian L, Wammy's bertujuan untuk mencari penerus L, dan dipilihlah dua jenius asal wammy's house bernama M Mello (alias Michael Kheel). dan N Near (nama asli tidak diketahui).

Agen agen lain dari Wammy house:

F (nama panggilan dan nama asli tidak diketahui) salah satu agen yang diberi misi oleh watari untuk mencari tehu tentang sebuah virus yang membunuh satu kampung di thailand. F mati oleh tentara rahasia Amerika Serikat yang hendak membunuh dan meledakan seisi kampung agar virus tidak meluas, F yang tahu akan misi amerika yang kotor ini bertujuan menyelamatkan satu orang anak yang ada disana yang satu-satunya tidak terjangkit virus. Missi F berhasi, F menyuruh anak itu turun dari mobil yang ditumpanginya agar tetap selamat dan pergi menemui watari. Kakena pemerintah Amerika tidak ingin satu orangpun tahu mereka sudah menghancurkan seisi kampung, salah satu tentara mengejar mobil yang dikendarai F dan menembaknya dengan Missile, lalu F mati.

K Kujo (alias Kimiko Kujo) adalah seorang wanita bimbingan wammy's house, dia bosan dengan dunia yang terlalu pengap dan benyak penjahat dia menyebarkan sebuah virus mematikan untuk membunuh orang-orang. (Virus ini sama dengan virus yang membunuh seisi kampung di thailand).

N Near (nama asli tidak diketahui). adalah satu-satunya anak yang tidak terinfeksi virus yang diselamatkan oleh F. N merupakan jago matematika, di umurnya yang masih anak-anak, dia berhasil memecahkan kode yang bisa dibilang tidak mungkin untuk anak seumur dia. dia dibawa oleh L dan dimasukan ke institut Wammy House sekarang dia menjadi salah-satu penerus L, nama Near adalah nama pemberian L.

M mello (alias Michael Kheel). asal usulnya tidak diketahui. dia sangat terambisi untuk menjadi orang no.1 di dunia. Saat dia pipilih menjadi penerus L bersama Near, Mello yang mendengar berita ini segera naik darah, sementara Near hanya dengan tenang mengatakan bahwa apabila seseorang tidak bisa memenangkan permainan yang dimainkannya, ia hanya pecundang (dimaksudkan untuk L). Mello kemudian bertanya kepada Roger, siapa yang dipilih L sebagai penerusnya, yang dijawab "tidak ada", agar mereka bekerja sama sebagai penerus L. Near setuju, namun Mello, yang selalu terobsesi menjadi nomor satu, yang tak pernah diperolehnya karena keberadaan Near, menolaknya dan berkata bahwa Near lebih pantas menjadi penerus L Mello kemudian keluar dari institusi itu untuk mengejar KIRA dengan caranya sendiri, dengan menjadi anggota organisasi kriminal terbesar di dunia, Mafia. dan ingin membuktikan bahwa dia lebih pantas menjadi penerus L. Kepintarannya tidak perlu ditanyakan lagi, selama dua tahun dia sudah menjadi ketua mafia. walau umurnya yang masih tergolong remaja.

M Matt (Nama asli tidak diketahui) tidak benyak diketahui tendang matt dia orang yang ikut dengan mello dan leluar dari wammy's house, sayangnya dia mati saat membantu misi terakhir mello.

B.B Rue Ryuzaki (alias Beyond Birthday), anak yang di ambil dari Wammy's House dalam percobaan untuk mencari pengganti L, dan di kenal sebagai BB, pelaku pembunuhan di Los Angeles. Terbukti tekanan di wammy's house begitu besar dan ketika BB memilih jalan yang lain (jalan dengan membunuh korban yang akan segera mati) dan muncul dengan rencana untuk melampaui L, sebagai "World's Greatest Criminal", dan membuat L tidak dapat memecahkan kasus yang di buat BB.
Beyond dapat dikatakan sebagai penggemar L. Terlihat dari perilaku dan cara berpakaiannya. Dan hal ini sempat membuat Naomi tertipu. Beyond juga sempat mengganti namanya menjadi Rue Ryuuzaki. Saat Naomi tiba di lokasi pembunuhan yang dilakukan BB selanjutnya, setelah mengumpulkan beberapa petunjuk, dia menemukan fakta bahwa Rue Ryuuzaki adalah Beyond Birthday, dan pada pembunuhannya yang terakhir BB merencanakan untuk bunuh diri, tapi Naomi berhasil menghentikan BB dari percobaan membakar dirinya sendiri dan juga menangkap BB.

Beberapa tahun kemudian, pada tanggal 21 Januari 2004, Beyond Birthday meninggal dengan serangan jantung, di perkirakan dia temasuk dalam catatan penjahat yang di bunuh oleh Kira.

A ( nama panggilan tidak di ketahui) (nama aslinya tak di ketahui, yang juga terpilih untuk menggantikan L). Tekanan di Wammy's House terbukti terlalu besar bagi mereka, dan membuat A memutuskan untuk bunuh diri.

Informasi Tentang Wammy's House

By : Unknown 0

Tanslated by Azca Sky
Edited by Shiazen
Sumber : Intan Chan

Page 2 : Ryuzaki

L telah dimusuhi oleh para detektif lain, dan beberapa yang iri padanya memanggilnya detektif pertapa, atau detektif komputer, namun tak satupun akurat untuk menggambarkan kenyataannya. Naomi Misora juga telah cenderung untuk berpikir bahwa L adalah detektif yang selalu duduk di kursi, namun nyatanya, L adalah kebalikannya, seorang individu yang aktif dan agresif. Meskipun ia sama sekali tidak tertarik pada pergaulan sosial, yang pasti ia juga bukan jenis detektif yang mengunci dirinya sendiri di ruangan gelap berbayang-bayang dan menolak untuk keluar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebenarnya perang detektif hebat, L, Eraldo Coil, dan Danueve sebenarnya adalah orang yang sama. Bisa dipastikan, siapapun yang membaca catatan ini hampir pasti tahu… meskipun mereka mungkin tidak tahu bahwa L mengalami perang dengan Eraldo Coil asli dan Danueve asli, dan membuktikan kemenangan, (mengklaim kode detektif mereka. Detail dari perang detektif ini akan kusimpan untuk saat yang lain, tapi termasuk tiga nama itu, L memiliki banyak kode detektif lainnya. Aku tidak tahu berapa banyak, tetapi paling tidak ada sekitar tiga digit. Dan banyak dari mereka adalah detektif terkenal – misalnya, seperti siapapun yang membaca catatan ini pasti tahu, ia muncul di hadapan Kira, memanggil dirinya sendiri Ryuzaki atau Ryuga Hideki.) Tentu saja, Naomi Misora tidak akan mungkin tahu mengenai ini, namun menurut pendapatku, nama L adalah, untuknya, hanya satu dari sekian banyak nama lain. Ia tidak pernah memiliki satu pun hubungan langsung pada identitas itu. Ia tidak pernah berpikir dirinya sendiri sebagai L, itu hanyalah nama yang paling terkenal dan berkuasa dari banyak kode detektif yang telah ia gunakan seumur hidupnya. Nama itu memiliki kegunaannya, namun kurang misterius. L memiliki sebuah nama asli yang tidak seorang pun mengetahuinya, dan tidak akan pernah, tapi sebuah nama yang ia tahu tidak pernah mendefinisikannya. Aku terkadang ingin tahu jika L sendiri pernah mengetahui tepatnya nama yang mana yang telah ditulis dalam Death Note, yang mana yang telah membunuhnya.
Aku ingin tahu.
Tapi kembali ke kasus pembunuhan BB Los Angeles.
“Ryuzaki…” ucap Naomi Misora, melihat kartu nama hitam yang telah diberikan padanya tanpa repot-repot menyembunyikan kecurigaannya. “Rue Ryuzaki, benar, kan?”
“Ya. Rue Ryuzaki,” jawab pria itu, dalam nada tak terganggu yang sama. Matanya yang lebar menatap menembus lingkaran hitam di sekelilingnya, dan ia menghisap ibu jarinya.
Mereka telah keluar dari kamar tidur ke dalam ruang tamu rumah Believe Bridesmaid. Mereka duduk berhadapan pada sofa yang mahal. Ryuzaki duduk dengan lutut ditarik ke atas dan lengan yang mendekapnya. Misora pikir ini terlihat sedikit kekanak-kanakan, namun karena Ryuzaki jelas-jelas bukan anak kecil, ini terlihat sedikit mengerikan. Fakta bahwa ia tidak bisa memberi komentar kepada Ryuzaki, itu semua karena ia sudah terlalu dewasa. Untuk mencairkan suasana diam yang canggung, Misora menunduk pada kartu itu lagi—Rue Ryuzaki: Detektif.
“Menurut kartu ini, kau adalah seorang detektif?”
“Ya, benar,”
“Maksudmu… seorang detektif pribadi?”
“Tidak, istilah itu tidak begitu tepat. Saya merasa kata ‘pribadi’ membawa egoisme berlebihan… anda bisa menyebut saya seorang detektif non-pribadi—detektif tanpa ego.”
“Begitu, ya…”
Dengan kata lain, ia tidak memiliki lisensi.
Jika ia membawa pulpen, ia pasti sudah menuliskan “idiot” pada kartunya, tapi sayangnya, tidak ada alat tulis yang bisa diraih, jadi ia memutuskan untuk meletakkannya di meja sejauh mungkin darinya, seolah itu benda yang menjijikkan.
“Jadi, Ryuzaki… kalau boleh kutanya lagi, apa yang sedang kau lakukan di bawah sana?”
“Sama dengan anda. Menyelidiki,” jawab Ryuzaki, tanpa perubahan ekspresi sedikit pun.
Mata bertepi-hitamnya tidak pernah berkedip. Lebih seperti tidak tenang.
“Saya disewa oleh orangtua pemilik rumah ini—oleh orang tua Tuan Bridesmaid, dan saat ini saya sedang melakukan penyelidikan pembunuhan. Sepertinya anda ada di sini untuk alasan yang sama, Misora.”
Pada titik ini Misora tidak peduli lagi siapa Ryuzaki ini—detektif pribadi atau non-pribadi, yang jelas ia tidak ingin terlibat dengannya. Satu-satunya yang menjadi masalah adalah berapa banyak percakapannya yang telah didengar dari kolong tempat tidur… yang dalam skenario terburuk dapat mempengaruhi karir masa depannya. Jika informasi apapun mengenai L yang misterius dipublikasikan karenanya, ia akan harus melakukan lebih dari sekedar mengundurkan diri. Ia telah memulai topik ini dengan baik, dan ia telah menganggap tempat tidur telah menyamarkan suaranya sehingga Ryuzaki tidak bisa menangkap apa yang ia katakan dengan jelas, namun ini bukanlah sesuatu yang dapat ia percayai dengan mudah,
“Ya… Aku juga seorang detektif,” kata Misora, merasakan bahwa ia tidak punya pilihan lain. Jika ia tidak sedang cuti, pasti ia sudah mengaku sebagai agen FBI, namun karena sedang cuti, ia tidak mau membahayakan diri jika ada yang ingin melihat lencananya. Tampaknya lebih aman untuk berbohong—lagipula, ada kemungkinan bahwa Ryuzaki juga sedang berbohong. Ia tidak perlu merasa bersalah sama sekali.
“Aku tidak bisa mengatakan padamu kepada siapa aku bekerja, tapi aku sudah diminta untuk menyelidiki secara diam-diam. Untuk menemukan siapa yang telah membunuh Believe Bridesmaid, Quarter Queen, dan Backyard Bottomslash…”
“Benarkah? Kalau begitu kita bisa saling membantu!” katanya segera.
Kegelisahannya pada saat ini secara aneh menjadi lega.
“Jadi, Ryuzaki. Apakah kau menemukan sesuatu di bawah kasur yang mungkin berguna dalam menyelesaikan kasus ini? Kukira kau tadi sedang mencari apapun yang mungkin ditinggalkan sang pembunuh, tapi…”
“Bukan, bukan begitu. Saya mendengar seseorang memasuki rumah, jadi saya memutuskan untuk sembunyi dan mengamati situasi. Setelah beberapa saat tampak jelas bahwa anda bukan orang yang berbahaya, jadi saya keluar.”
“Orang yang berbahaya?”
“Ya. Contohnya, pembunuh itu sendiri, kembali untuk mengambil sesuatu yang ia lupakan. Jika memang benar begitu, maka sungguh kesempatan bagus! Tapi sepertinya harapan saya sia-sia.”
Pembohong.
Ia bisa mencium kebohongan itu.
Misora sekarang hampir teryakinkan bahwa ia telah bersembunyi di bawah sana untuk mendengarkan percakapannya dengan L. Di situasi yang lain, ini mungkin hanya paranoia belaka, tapi orang bernama Ryuzaki ini bukanlah orang biasa.
Tidak ada bagian dari dirinya yang tidak mencurigakan.
“Bagaimanapun, saya bertemu dengan anda sebagai gantinya, jadi itu tidak benar-benar mengecewakan. Ini bukan novel atau komik, jadi tidak ada alasan untuk sesama rekan detektif memandang rendah satu sama lain. Bagaimana menurutmu, Misora? Setuju untuk bertukar informasi?”
“Tidak. Terimakasih atas usulnya, tapi aku harus menolak. Aku memiliki tugas untuk menjaganya tetap rahasia,” balas Misora. L telah memberikan padanya semua tentang kasus yang bisa didapatkan siapa saja—tampaknya ia tidak akan mendapat informasi apapun dari seorang detektif pribadi tidak berpengalaman. Dan tentu saja, ia tidak berniat memberikan apapun padanya. “Aku yakin kau juga memiliki rahasiamu sendiri.”
“Tidak.”
“Tentu saja kau punya. Kau seorang detektif.”
“Oh? Kalau begitu aku punya.”
Fleksibel.
Keduanya tampak baik-baik saja untuknya.
“Tapi menurutku menyelesaikan kasus harus diprioritaskan… Baiklah, Misora. Bagaimana kalau begini: saya akan menyediakan segala informasi yang saya punya padamu tanpa imbalan.”
“Eh…? Uh, aku tidak mungkin…”
“Tolong. Sebenarnya, tidak penting apakah saya atau anda yang memecahkan kasusnya. Harapan klienku adalah untuk melihat kasusnya terpecahkan. Jika anda memiliki pikiran yang lebih tajam dariku, maka memberitahumu segalanya akan jadi lebih efektif.”
Semua itu terdengar manis, tapi ia tidak mungkin bersungguh-sungguh, jadi kewaspadaan Misora akan Ryuzaki tumbuh lebih tajam. Apa yang diinginkannya? Beberapa menit yang lalu ia telah mengarang sebuah kebohongan, mengaku bahwa ia berpikir dirinya mungkin adalah pembunuh yang kembali ke tempat kejadian, tapi teori itu tampak jauh lebih cocok untuk pria yang bersembunyi di bawah kasur daripada ia.
“Anda boleh memutuskan untuk memberiku informasimu atau tidak sesudahnya. Jadi, pertama, ini,” kata Ryuzaki, menarik lipatan kertas dari saku jeans-nya. Ia memberikannya pada Misora, tanpa repot membukanya dulu. Misora mengambilnya, dan membukanya dengan ragu. . itu adalah teka-teki silang. Sebuah rangkaian kotak-kotak, dan petunjuk dalam huruf-huruf kecil. Misora memiliki firasat tentang benda apa ini.
“Ini adalah…”
“Oh? Kau tahu tentang itu?”
“Tidak… tidak secara langsung.” ia tergagap, tidak yakin harus bagaimana harus bereaksi. Terlihat jelas bahwa ini adalah teka-teki silang yang sama dengan yang telah dikirim ke Kepolisian LA tanggal 22 Juli, tapi L mengatakan bahwa teka-teki yang asli sudah dibuang, jadi apakah ini salinan? Bagaimana pria ini… bagaimana Ryuzaki dapat berjalan-jalan dengan benda ini terlipat di kantongnya? Ketika ia berpikir dengan marah, Ryuzaki memandangnya dengan tatapan penuh penilaian. Seakan ia sedang menguji kemampuannya berdasarkan reaksinya…
“Biarkan saya menjelaskan. Bulan lalu, pada dua puluh dua Juli, teka-teki silang ini dikirimkan pada Kepolisian LA oleh pengirim yang tidak diketahui. Rupanya, tidak ada yang bisa memecahkannya, tapi jika anda bisa memecahkannya, teka-teki itu menunjukan alamat dari rumah ini. Dapat diduga bahwa ini adalah semacam peringatan dari pembunuh pada polisi dan masyarakat pada umumnya. Sebuah pernyataan perang, boleh dibilang.”
“Begitu rupanya. Tapi tetap saja…”
Disamping apa yang sudah dikatakan L, sebagian dari dirinya sudah mengabaikan hal itu layaknya seperti teka-teki silang biasa, tapi sekarang ketika ia bisa melihat petunjuknya dengan mata kepala sendiri, teka-teki silang itu tampak sangat amat sulit. Petunjuknya tampak sangat melelahkan sehingga kebanyakan orang akan menyerah bahkan sebelum mencoba untuk memecahkan salah satunya. Tapi pria di seberangnya telah memecahkannya sendirian?
“Kau yakin jawabannya menunjukkan alamat ini?”
“Ya. Coba saja simpan dan pecahkan sendiri kalau anda ragu. Bagaimanapun, pembunuh yang mengirim peringatan biasanya mencari perhatian, kalau mereka tidak punya beberapa alasan lain yang lebih besar. Dan aspek Wara Ningyo dan ruang tertutup dari kasus cocok dengan kepribadian itu. Jadi kelihatannya banyak kemungkinan adanya pesan-pesan lain… atau sesuatu seperti pesan, ditinggalkan di tempat kejadian. Benar, kan, Misora?”
Kesimpulan yang sama dengan L.
Siapa pria ini?
Jika ia hanya menyatakan sesuatu seperti L, Misora dapat menyimpulkan bahwa ia mengatakannya berdasarkan percakapan yang ia dengar dari bawah kasur, tapi untuk benar-benar memiliki salinan dari teka-teki silang itu, sebuah teka-teki yang seharusnya hanya orang seperti L yang bisa dapatkan… Pertanyaan akan identitas Ryuzaki sekali lagi telah menjadi sangat penting untuknya.
“Permisi,” kata Ryuzaki, meletakkan kedua kakinya di tanah dan menuju, masih membungkuk, ke dapur—seperti meluncur keluar ruangan untuk memberi Misora waktu untuk menenangkan diri. Ia membuka kulkas dengan gerakan terlatih, seakan ini adalah rumahnya sendiri, memasukkan tangannya ke dalam, dan mengeluarkan sebuah toples—dan kemudian meringkuk kembali ke sofa, meninggalkan pintu kulkas terbuka. Benda itu tampaknya setoples selai stroberi.
“Ada apa dengan selai itu?”
“Oh, ini milikku. Saya membawanya dan meletakkannya di sana untuk menjaganya agar tetap dingin. Sudah waktunya makan siang sekarang.”
“Makan siang?”
Masuk akal bahwa tidak akan ada makanan di kulkas orang yang sudah mati dua minggu yang lalu, tapi makan siang? Misora sendiri menyukai selai, tapi ia tidak melihat roti sama sekali—dan tidak juga terlintas di pikirannya ketika Ryuzaki membuka tutupnya, memasukkan tangannya ke dalam, menyendok selai, dan mulai menjilatinya dari jarinya.
Naomi Misora menganga padanya.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
“Mmm? Ada masalah, Misora?”
“K-kau memiliki kebiasaan makan yang aneh.”
“Benarkah? Menurutku tidak.”
Ryuzaki menyendok segenggam lagi selai ke mulutnya.
“Saat saya mulai berpikir, saya mulai membutuhkan manisan. Jika saya ingin bekerja dengan baik, selai itu diperlukan. Gula bagus untuk otak.”
“Hunh…”
Misora berpendapat bahwa otaknya perlu perhatian medis khusus lebih dari gula, tapi saat itu, ia tidak memiliki keberanian untuk berkata begitu. Bahasa tubuhnya mengingatkannya pada Pooh Bear, tapi Ryuzaki tidak kuning ataupun menggemaskan, dan tidak mirip beruang sama sekali, melainkan seorang pria tinggi dengan punggung bungkuk. Saat ia sudah memakan empat genggam penuh selai, ia meletakkan bibirnya langsung ke tepi toples seakan itu adalah secangkir teh dan menyeruput isinya dengan berisik. Dalam beberapa saat ia sudah menghabiskan seluruh toples.
“Maaf untuk penundaannya.”
“Oh… tidak apa-apa.”
“Saya punya selai lagi di kulkas, anda mau?”
“T-tidak terimakasih…”
Makanan itu seperti siksaan. Ia bahkan akan menolaknya kalau pun ia sudah kelaparan sampai mati. Setiap serat di tubuhnya menolak Ryuzaki. Sepenuhnya. Misora tidak pernah memiliki kepercayaan diri untuk memalsukan senyuman, tapi satu yang ia tujukan padanya saat ini tampak sangat meyakinkan.
Orang dapat tersenyum bahkan saat ketakutan.
“Oke,” kata Ryuzaki, menjilati selai dari jari-jarinya, tidak menunjukkan tanda bagaimana Misora memandang reaksinya. “Jadi, Misora, ayo pergi.”
“Pergi? Pergi ke mana?” tanya Misora, dengan sia-sia mencoba untuk menemukan cara menolak berjabat tangan dengannya.
“Jelas,” kata Ryuzaki, “Untuk melanjutkan penyelidikan kita pada tempat kejadian, Misora.”
Pada saat ini, Misora seharusnya masih mampu untuk (dengan egois) memilih jalannya pada apa yang akan datang. Ia dapat secara fisik melempar Ryuzaki keluar dari rumah Believe Bridesmaid, dan kita bahkan dapat mengatakan, bahwa melakukan itu adalah reaksi yang paling bijaksana akan keberadaannya, tapi disamping menjadi sangat, sangat tertarik untuk mengambil langkah bijaksana, Misora meyakinkan dirinya untuk membiarkan Ryuzaki tinggal. Lebih dari apapun, kemungkinan bahwa ia telah menguping percakapannya dengan L membuat Ryuzaki berbahaya, dan bahkan mengabaikan bahwa ia mencurigakan, mengerikan, dan memiliki salinan teka-teki silang itu, yang telah menutup kesepakatan. Ia perlu menjaganya dalam pengamatan sampai ia memiliki ide lebih baik tentang siapa Ryuzaki. Pastinya, siapapun yang tahu lebih banyak tentang situasinya, siapapun seperti aku, bisa mengatakan bahwa ini tepatnya yang Ryuzaki harapkan, tepatnya yang ingin ia raih, tapi akan jadi terlalu berlebihan jika mengharapkan Naomi Misora untuk menyadarinya sedini ini. Lagipula, beberapa tahun setelah Kasus Pembunuhan Los Angeles BB, ketika ia dibunuh oleh Kira, Misora tetap yakin bahwa ia belum pernah bertemu dengan L secara langsung, bahwa ia hanya mematuhi perintah suara-sintesisnya dari layar komputernya. Tergantung bagaimana kau melihatnya, ini mungkin saja hal yang bagus untuk dunia bahkan si pembunuh Kira, yang jika ia tahu sedikit saja seberapa dalam hubungan Misora dengan L, tidak akan membunuhnya begitu cepat. Hidup L hanya bertambah beberapa tahun lebih, tapi bahkan itu bisa juga berkat Misora… nah, tidak penting untuk menduga-duga.
Kembali ke titik ini.
Siapapun yang telah membaca Sherlock Holmes akan mengingat deskripsi gamblang dari seorang detektif yang berkeliling ruangan, mengamati lekat-lekat segala sesuatu melalui kaca pembesar. Sebuah kesan khas yang bekerjasama dengan novel detektif tua yang mana orang tidak pernah melihat detektif bertindak seperti itu lagi. Untuk hal itu, istilah novel detektif hampir tidak pernah digunakan—mereka dipanggil novel misteri, atau novel mengerikan. Tidak ada yang menginginkan detektif yang benar-benar menduga segalanya—jauh lebih menarik jika mereka hanya mengatakan kebenarannya. Sama seperti komik untuk anak lelaki di Jepang, populer di seluruh dunia. Semua buku yang paling populer memiliki pahlawan dengan pengecualian kekuatan.
Jadi ketika mereka memasuki kamar tidur dan Ryuzaki tiba-tiba turun dan mengambil posisi merangkak, persis seperti saat ia keluar dari bawah kasur, dan mulai merangkak ke seluruh ruangan (sekalipun tanpa kaca pembesar) Misora benar-benar terkejut. Kelihatannya, berada di bawah tempat tidur bukan satu-satunya alasan untuk sikapnya ini. Ia tampak begitu terbiasa mengahbiskan waktu merangkak-rangkak sampai ia terlihat akan memanjat dinding dan melintasi langit-langit.
“Apa yang kau tunggu, Misora? Bergabunglah denganku!”
Misora menggelengkan kepala cepat sekali hingga membuat pandangannya kabur.
Itu menghina kehormatannya sebagai wanita. Bukan, sebagai manusia—bergabung dengannya akan selamanya memisahkannya dari sesuatu yang sungguh-sungguh penting.
“Oh? Sayang sekali,” kata Ryuzaki, rupanya tidak pernah memiliki sesuatu yang penting itu dari awal. Ia menggelengkan kepalanya dengan sedih dan melanjutkan menyelidiki ruangan.
“T-tapi Ryuzaki… menurutku tidak ada lagi yang tertinggal disini untuk ditemukan. Maksudku, polisi sudah mencarinya dengan sangat teliti…”
“Tapi polisi melewatkan teka-teki silangnya. Sama sekali tidak mengejutkan bagiku jika mereka melewatkan sesuatu yang lain di sini.”
“Jika kau menganggapnya seperti itu… tapi hanya ada sangat sedikit hal yang diketahui. Aku harap aku memiliki petunjuk untuk apa yang harusnya kucari—ruangannya terlalu kosong untuk hanya asal memeriksanya secara acak. Dan rumah ini terlalu luas.”
“Sebuah petunjuk…?” kata Ryuzaki, berhenti di tengah gerakan setengah-merangkak. Lalu perlahan ia menggigit jempolnya dengan hati-hati sampai tampak seperti sedang berfikir sangat keras, namun arti gerakan itu terlalu kekanak-kanakan yang membuatnya terlihat sangat bodoh juga. Misora tidak bisa memutuskan mana yang keluar jadi pemenang. “Bagaimana, Misora? Ketika anda masuk, apakah anda memikirkan sesuatu? Apapun yang bisa membantu menyempitkannya?”
“Emm… ya, tapi…”
Ada satu hal tentang potongan di dada korban. Ia sepenuhnya tidak yakin ia harus mengatakan semua itu pada Ryuzaki. Tapi, di sisi lain memang benar bahwa ia tidak bergerak kemana-mana… baik dengan kasusnya, atau dengan Ryuzaki. Mungkin ia harus menguji Ryuzaki, seperti halnya ia telah mengamati reaksi Misora saat ia mengulurkan padanya teka-teki silang itu. Jika Misora bisa memainkan kartunya dengan benar, ia mungkin bisa mengetahui apakah Ryuzaki telah mendengar teleponnya dari bawah kasur.
“Baik… Ryuzaki, sebagai ucapan terimakasih atas sebelulmnya, daripada sebuah pertukaran informasi yang lengkap… lihatlah foto ini.”
“Foto?” kata Ryuzaki, dengan reaksi yang sangat dibesar-besarkan hingga orang akan mengira ia tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya. Ryuzaki mendekat padanya… masih dengan merangkak, dan tidak repot-repot membalik badan. Ia benar-benar merangkak mundur kearahnya, sebuah gerakan yang pasti sudah membuat anak kecil menangis.
“Sebuah gambar korban.” kata Misora, menyerahkan foto otopsi padanya.
Ryuzaki mengambilnya, mengangguk penting—atau membuat seolah sedang mengangguk penting. Cukup dengan pengujiannya dari reaksi tak terbayangkan Ryuzaki, ia benar-benar tidak dapat menyimpulkan apapun.
“Bagus, Misora!”
“Ya?”
“Berita tidak menyebutkan bahwa tubuhnya dipotong seperti ini, yang berarti foto ini berasal dari dokumen kepolisian. Saya kagum bahwa anda bisa mendapatkannya. Anda jelas bukan detektif biasa.”
“…Jadi bagaimana kau mendapatkan teka-teki silang itu, Ryuzaki?”
“Itu akan tetap menjadi rahasiaku.”
Serangan baliknya dipatahkan dengan sangat mudah. Ia terlambat berharap bahwa ia telah membolehkan Ryuzaki untuk menolak bahwa ia memiliki rahasia, bahwa ia tidak pernah mengajarinya konsep itu sejak awal. Ia juga sangat yakin itu tidak masuk akal secara gramatikal.
“Saya juga tidak bertanya bagaimana kau mendapatkan foto ini, Misora. Tapi bagaimana ini bisa berhubungan dengan idemu?”
“Ya, baiklah… Kupikir jika pesannya mungkin berada pada sesuatu yang sudah tidak ada di ruangan lagi, tapi ada di ruangan pada saat itu. Dan yang hal yang paling jelas yang seharusnya ada disini, tetapi tidak ada…”
“Adalah pemilik ruangan, Belive Bridesmaid. Pintar.”
“Dan jika kau melihat gambar itu dari sudut yang benar… apakah bekas luka itu terlihat seperti huruf bagimu? Kupikir mungkin itu adalah semacam pesan…”
“Oh?” kata Ryuzaki, menahan gambarnya tetap diam sempurna ketika ia menggerakkan kepalanya dengan tersentak-sentak. Apakah tidak ada tulang yang padat di lehernya? Ia bergerak seperti manusia karet. Misora melawan keinginannya untuk berpaling. “Bukan, bukan huruf.”
“Bukan? Kukira terbaca seperti itu…”
“Bukan, bukan, Misora, saya tidak menyangkal seluruh idenya, hanya sebagian. Ini bukan huruf, tapi angka Romawi.”
Oh.
Benar, angka Romawi, hal yang sama yang ia lihat pada jam dan rak dinding setiap hari—V dan I, jelas, dan C, M, D, X, dan L… ia harusnya sudah menduganya ketika ia melihat tiga I saling berdekatan—itu bukan tiga I, tapi III. Tapi ada L juga setelahnya, dan ia telah menghubungkannya dengan nama detektif itu dan teralih sendiri.
“I adalah satu, II adalah dua, III adalah tiga, IV adalah empat, V adalah lima, VI adalah enam, VII adalah tujuh, VIII adalah delapan, IX adalah sembilan, X adalah sepuluh, L adalah lima puluh, C adalah seratus, D adalah lima ratus, M adalah seribu. Jadi luka ini bisa dibaca sebagai 16, 59, 1423, 159, 13, 7, 582, 724, 1001, 40, 51, dan 31,” kata Ryuzaki, membaca angka-angka yang rumit tanpa sedetikpun jeda. Apakah ia ahli dalam angka Romawi, atau apakah pikirannya benar-benar bekerja secepat itu?
“Ini cuma foto, jadi mungkin saya tidak membacanya dengan benar, tapi ada delapan puluh persen kemungkinan saya benar.”
“Persen?”
“Bagaimanapun, saya takut itu tidak mengubah situasi. Kecuali kita bisa menemukan apa seharusnya arti angka-angka itu, akan sangan berbahaya menduga bahwa mereka adalah pesan dari si pembunuh. Mungkin mereka pengalih perhatian.”
“Permisi, Ryuzaki,” kata Misora, mengambil satu langkah ke belakang.
“Untuk apa?”
“Aku harus membenahi riasanku.”
Tanpa menunggu respon, Misora meninggalkan kamar tidur dan menaiki tangga, menuju toilet di lantai dua (bukan di lantai satu). Ia mengunci pintunya dari dalam dan mengeluarkan telepon genggamnya. Ia ragu-ragu sesaat, lalu menelepon L. Di saluran nomor lima. Beberapa bunyi bip singkat, dan akhirnya terhubung.
“Ada apa, Naomi Misora?”
Suara sintetis itu.
Merendahkan suaranya dan menyembunyikan mulutnya di balik tangannya, Misora berkata, “Sesuatu yang harus kulaporkan.”
“Kemajuan dalam kasus? Kerja yang sangat cepat.”
“Bukan… yah, sedikit. Aku mungkin telah menemukan sebuah pesan dari si pembunuh.”
“Mengagumkan.”
“Tapi bukan aku yang menyadarinya. Bagaimana mengatakannya… semacam detektif pribadi yang misterius…”
Seorang detektif pribadi misterius.
Kalimat itu hampir membuatnya tertawa.
“…baru saja muncul.”
“Begitu,” suara sintetis itu berkata, lalu terdiam.
Itu adalah kesunyian yang sama sekali tidak nyaman untuk Misora, ia telah memutuskan untuk menunjukkan gambar itu pada Ryuzaki dan bermaksud mengujinya. Ketika L tidak mengatakan apa-apa, Misora melanjutkan dengan menjelaskan apa yang Ryuzaki katakan tentang foto otopsi itu. Dan bahwa ia memiliki salinan dari teka-teki silang itu. Sepotong informasi ini akhirnya menghasilkan reaksi dari L, tapi karena itu hanyalah suara sintetis, ia tidak bisa membaca emosi di baliknya.
“Apa yang harus kulakukan? Sebetulnya, kupikir berbahaya untuk melepaskan pandanganku darinya.”
“Apakah ia keren?”
“Hunh?”
Pertanyaan L benar-benar keluar dari pembicaraan, dan ia memaksa untuk menanyakannya untuk kedua kalinya sebelum Misora menjawab, masih tidak bisa mengerti dengan arah pembicaraan.
“Tidak, sepenuhnya tidak,” katanya jujur, “Menyeramkan dan menyedihkan, dan sangat mencurigakan hingga jika aku tidak sedang cuti, aku akan langsung menahannya ketika aku melihatnya. Jika kita membagi semua orang di dunia menjadi yang lebih baik mati atau tidak, tak ada keraguan di benakku bahwa ia akan jadi yang pertama. Benar-benar orang aneh yang membuatku kagum bahwa ia belum membunuh dirinya sendiri.”
“…”
Tidak ada jawaban.
Tentang apa ini sebenarnya?
“Naomi Misora, instruksi anda.”
“Ya?”
“Saya membayangkan bahwa anda berfikir hal yang kurang lebih sama dengan saya, tapi biarkan detektif pribadi ini melakukan apa yang disukainya untuk sementara. Sebagian karena itu berbahaya membiarkannya lepas dari pengawasan anda, tapi lebih penting lagi karena sangat penting untuk mengamati gerakannya. Saya percaya pujian untuk dugaan foto autopsi lebih menjadi milik anda daripada miliknya, tapi ia jelas bukan orang biasa.”
“Aku setuju.”
“Apakah ia ada di dekat sini?”
“Tidak, aku sendirian. Aku menelepon dari kamar mandi, di lantai atas dan di belakang rumah, jauh dari kamar tidur.”
“Segera kembalilah ke sisinya. Saya akan menyelidikinya, dan mencoba untuk menemukan apakah seorang detektif bernama Ryuzaki benar-benar telah disewa oleh orangtua Believe Bridesmaid.”
“Baik.”
“Anda bisa menggunakan saluran yang sama lain kali menelepon.” Dan ia menutup telepon.
Misora menutup teleponnya.
Ia harus kembali secepatnya, sehingga tidak akan tampak mencurigakan, tapi ia telah meninggalkannya dengan waktu yang kurang tepat, pergi ke kamar mandi.
Ryuzaki sedang berdiri tepat di depan pintu. “Eek…!”
“Misora. Anda ada di atas sini?”
Ia tidak sedang merangkak, tapi meskipun begitu, Misora menelan ludah. Sudah berapa lama ia ada di sana?
“Setelah anda keluar dari ruangan, saya menemukan sesuatu yang menarik dan tidak bisa menunggu. Jadi saya menyusul. Apakah anda sudah selesai?
“Y-ya…”
“Kemarilah.”
Ia berderap keluar, masih membungkuk, menuju tangga. Masih terguncang, Misora mengikutinya. Apakah ia telah mendengarkan semuanya dari balik pintu? Pertanyaan ini menyiksanya. Ia menemukan sesuatu yang menarik? Itu mungkin saja hanya beberapa kalimat… ia telah menjaga suaranya sangat pelan sehingga tidak mungkin ia bisa mendengar, tapi bagaimanapun ia telah hampir pasti mencoba untuk menguping. Yang berarti…
“Oh, Misora,” kata Ryuzaki, tanpa berbalik.
“Y-ya?”
“Kenapa saya tidak mendengar suara siraman toilet sebelum anda keluar ruangan?”
“Sepertinya terdengar kasar untuk menanyakan hal seperti itu pada seorang gadis, Ryuzaki,” ucap Misora akhirnya, agak canggung karena kesalahannya. Ryuzaki tidak tampak terpengaruh.
“Benarkah? Bagaimanapun… belum terlambat kalau anda belum menyiramnya. Anda masih bisa kembali. Gender dianggap sama saja kalau berhubungan dengan kebersihan.”
Cara yang benar-benar menyeramkan untuk menyimpulkannya.
Dalam setiap katanya.
“Aku tadi sedang menelepon. Laporan teratur untuk klien-ku. Tapi aku tidak ingin kau mendengarnya.”
“Oh? Tapi tetap saja, mulai sekarang, lebih baik anda menyiramnya. Untuk kamuflase juga bagus.”
“Sepertinya begitu.”
Mereka sampai di kamar tidur. Ryuzaki langsung merangkak setelah melewati ambang pintu. Terlihat lebih seperti kegiatan religius pembawa sial daripada penyelidikan Sherlock Holmes.
“Di sebelah sini.” Ryuzaki meraih dirinya sendiri melewati karpet ke arah rak buku.
Rak buku milik Believe Braidsmaid, dengan lima-puluh-tujuh buku yang tertata rapi. Itu adalah tempat pertama yang diselidikinya setelah berbicara dengan L.
“Kau bilang kau menemukan sesuatu yang baru?”
“Ya. Sesuatu yang baru—tidak, lebih tepatnya begini. Saya sudah menemukan fakta penting.”
Usaha Ryuzaki untuk terlihat keren mengganggunya. Ia mengabaikannya.
“Jadi, maksudmu, kau menemukan semacam petunjuk, begitu?”
“Lihat,” kata Ryuzaki, menunjuk sisi kanan rak kedua dari bawah. “Ada sebelas seri dari komik Jepang terkenal bernama Akazukin Chacha.”
“Lalu?”
“Saya suka komik ini.”
“Benarkah?”
“Ya.”
Bagaimana ia harus merespon? Berlawanan dengan harapannya, ia merasakan ekspresinya melembut, namun tidak berusaha untuk memeriksa penolakan dalam dirinya, saat Ryuzaki melanjutkan.
“Kau Nikkei, bukan?”
“Nikkei…? Kedua orangtuaku berasal dari Jepang. Pasporku sekarang memang Amerika, tapi aku tinggal di Jepang hingga setelah SMA…”
“Jadi anda pasti tahu komik ini. Ciptaan legendaris Min Ayahana. Saya membaca semua serinya. Shiine benar-benar mengagumkan! Saya suka anime-nya juga. Cinta dan keberanian dan harapan—Holy Up!”
“Ryuzaki, kau mau seperti ini dulu beberapa saat? Kalau begitu, aku akan menunggu di ruangan lain…”
“Kenapa anda melakukannya saat saya bicara denganmu?”
“Er, um… maksudku, aku juga menyukai Akazukin Chacha. Aku menonton anime-nya. Aku juga mengalami cinta, keberanian, harapan dan Holy Up.”
Ia benar-benar ingin memberitahu Ryuzaki tepatnya betapa sedikit kepeduliannya pada hobi Ryuzaki, namun diragukan apakah detektif pribadi ini bisa mengerti pendapat yang ditujukan padanya masuk akal. Meragukan seperti Ryuzaki sendiri.
Atau apakah itu terlalu membesar-besarkan?
“Bagus. Kita harus membicarakan detil kesenangan yang diberika anime di lain waktu, tapi untuk sekarang, lihat di sini.”
“Hunh…” ucap Misora, melihat serial Akazukin Chacha di rak buku dengan patuh.
“Menyadari sesuatu?”
“Tidak juga…”
Itu hanyalah setumpuk komik. Pada dasarnya mereka dapat menyimpulkan Believe Braidsmaid pintar berbahasa Jepang, dan menyukai komik… tapi banyak orang seperti itu di Amerika. Membaca versi Jepang asli dan bukan terjemahannya juga bukan hal yang benar-benar aneh. Dengan adanya jual beli Internet, sangat mudah untuk mendapatkannya.
Mata bertepi-gelap Ryuzaki menatap lurus padanya. Merasa tidak nyaman, Misora menghindari tatapannya, memeriksa setiap seri. Namun bahkan setelah ia selesai memeriksa semuanya, ia tidak menemukan fakta yang menarik atau apapun yang bisa dijadikan petunjuk.
“Aku tidak melihat apa-apa… ada sesuatu tentang satu dari komik-komik ini?”
“Tidak.”
“Hah?” Ada lebih dari nada marah dari suaranya. Ia tidak suka dipermainkan. “Tidak? Apa maksudmu?”
“Bukan salah satu,” kata Ryuzaki. “Sesuatu yang seharusnya ada di sini, tetapi tidak ada. Misora, anda lah yang menemukannya—pesan apapun dari sang pembunuh menunjukkan apapun yang seharusnya ada menjadi tidak ada. Anda  lah yang menemukan bahwa ini berarti tubuh Believe Braidsmaid. Saya tidak berpikir saya harus menjelaskan ini padamu—lihat baik-baik, Misora. Tidak semua ada di sini. Seri keempat dan kesembilan hilang.”
“Eh?”
“Akazukin Chacha ada tiga belas seri. Bukan sebelas.”
Misora melihat buku-buku itu lagi, dan nomornya berurutan dari satu, dua, dan tiga ke lima, enam, tujuh, dan delapan ke sepuluh. Jika Ryuzaki benar, dan ada tiga belas seri, jadi dua seri menghilang—seri empat dan sembilan.
“Hmm… benar. Tapi… Ryuzaki, lalu kenapa? Maksudmu pembunuhnya mengambul dua seri itu bersamanya? Itu memang mungkin, tapi sepertinya mereka memang menghilang dari awal. Mungkin ia bermaksud mengambilnya nanti. Tidak semua orang membaca komik berurutan, kau tahu. Maksudku, mungkin ia berhenti di tengah-tengah bagian Dickwood, di sini…”
“Mustahil,” kata Ryuzaki, yakin “Tidak ada yang akan melewati dua seri di tengah-tengah Akazukin Chacha. Say benar-benar yakin fakta ini dapat diterima di pengadilan.”
Pria ini pernah ada di pengadilan?
“Atau paling tidak, jika anggota jaksa tahu banyak tentang komik Jepang.”
“Jaksa yang buruk.”
“Pembunuhnya jelas-jelas membawa buku-buku itu bersamanya,” kata Ryuzaki, terang-terangan mengacuhkannya. Misora tidak akan membiarkan ini. Kakinya tertanam di tanah yang lebih realistis.
“Tapi kau tidak punya bukti sama sekali, Ryuzaki. Sama mungkinnya jika ia hanya meminjamkannya pada seorang teman.”
“Akazukin Chacha?! Anda bahkan tidak akan meminjamkannya pada orangtuamu! Anda akan menyuruh mereka membelinya sendiri! Satu-satunya penjelasan yang mungkin adalah pembunuh itu mengambilnya!” Ryuzaki bersikeras, cukup memaksa.
Ia tidak berhenti di sana.
“Lagipula, tidak ada seorangpun yang hanya ingin membaca seri keempat dan kesembilan—saya berani mempertaruhkan selaiku!”
“Jika maksudmu selai yang tadi kau makan, setoples hanya berharga sekitar lima dolar.”
Min Ayahana pasti akan menjadi sangat kecewa.
“Jadi itu cocok, Misora, bahwa saat pembunuh itu memindahkan dua seri dari ruangan, ia menggantinya dengan benda lain, untuk alasan yang sama sekali tak ada hubungannya.”
Karena dua buku itu memang menghilang, mengabaikan logika dan kemungkinan untuk saat ini dan mengikuti hipotesis ini… “Tetap saja aneh, ‘kan? Maksudku, Ryuzaki, rak buku ini…”
Terisi penuh. Sangat rapat sehingga akan sulit untuk memindahkan sebuah buku. Jika ia benar-benar memindahkan dua seri, maka seharusnya akan ada celah… atau…
“Ryuzaki. Apa kau tahu berapa banyak halaman dari buku keempat dan kesembilan Akazukin Chacha?”
“Ya. 192 halaman dan 184 halaman.”
Ia tidak mengharapkan Ryuzaki untuk tahu jawabannnya… tetapi 192 ditambah 184 adalah 376 halaman. Misora memandang sekilas sepanjang rak, mencari dari lima-puluh-tujuh buku untuk sebuah buku setebal 376 halaman. Tidak butuh waktu lama. Hanya ada satu buku setebal itu di rak ini—
Insufficient Relaxation oleh Permit Winter.
Ketika ia mengambilnya dari rak, memang, buku itu benar-benar 376 halaman.
Misora membuka-buka halamannya dengan penuh harap, tapi ia tidak menemukan hal yang terlihat menarik.
“Ada apa, Misora?”
“Oh… aku berpikir jika pembunuhnya menaruh pengganti di rak untuk menggantikan dua buku yang diambilnya dan jika pengganti itu adalah pesan yang sebenarnya.”
Dengan asumsi memang Believe Bridesmaid yang telah menyusun bukunya dengan hati-hati sehingga mengisi rak dengan tepat. Mungkin saja itu terjadi terburu-buru, dan sang pembunuh mengisi dengan buku dari ruangan lain sekenanya—dan dengan pikiran itu, tidak ada yang tahu apakah Akazukin Chacha memang milik Belive Bridesmaid. Dengan kurangnya pembatas buku, mungkin saja itu bagian dari pesan pembunuh—tapi lalu apa? Jika memang begitu, hanya akan membuatnya lebih jelas bahwa ada pesan yang tertinggal. Tapi jika tidak ada yang aneh pada rak buku itu sendiri, maka seluruh teori runtuh. Tidak lebih dari sekedar khayalan.
“Tidak buruk. Bukan, malah sangat bagus—selain itu tak akan masuk akal,” kata Ryuzaki, meraih ke arah Misora.
Sesaat ia mengira Ryuzaki ingin berjabat tangan, dan panik, tapi kemudian ia menyadari Ryuzaki hanya menginginkan Insufficient Relaxation. Ia menyerahkannya pada Ryuzaki. Ryuzaki mengambilnya dengan telunjuk dan ibu jarinya, dan mulai membaca. Membaca cepat—ia melewati 376 halaman dengan kecepatan luar biasa.
Kurang dari lima menit untuk membaca seluruh buku.
Misora hampir ingin membuatnya membaca Natsuhiko Kyogoku[1].
“Saya tahu!”
“Eh? Kau menemukan sesuatu?”
“Tidak. Tidak ada apapun di sini. Jangan melihatku seperti itu. Saya bersumpah, saya tidak bercanda. Ini hanya novel hiburan, bukan pesan, atau bahkan metafora seperti Wara Ningyo. Dan tentu saja, tidak ada huruf apapun yang tersembunyi di antara halaman, atau tersisip di garis tepi.”
“Garis tepi?”
“Ya, tidak ada apapun di garis tepi kecuali nomor halaman.”
“Nomor halaman?” gaung Misora. Nomor halaman… angka? Angka, seperti… angka Romawi?
“Ryuzaki, jika potongan di dada korban adalah angka Romawi, apa yang dikatakannya”
“16, 59, 1423, 159, 13, 7, 582, 724, 1001, 40, 51, dan 31.”
Ingatan yang bagus. Bahkan tanpa melihat kembali fotonya. Hampir seperti ingatan fotografis—pertama halaman buku, dan sekarang ini.
“Kenapa dengan itu?”
“Mungkin saja mereka menunjukkan halaman dalam buku ini, tapi… dua dari angka-angka itu empat digit. Buku itu hanya setebal 376 halaman. Tidak cocok.”
“Ya… tidak, Misora, bagaimana jika itu berputar balik? Contohnya, 476 bisa dilihat sebagai 376 ditambah seratus, dan menunjukkan halaman 100.”
“…yang maksudnya?”
“Aku tidak tahu. Coba saja… 16 mudah, halaman 16. 59, 1423, 159, 13, 7, 582, 724, 1001, 40, 51, 31…”
Ryuzaki menyipitkan mata bertepi-gelap-nya.
Bahkan tidak melihat buku. Benarkah? Bahkan dalam kecepatan membaca seperti itu, ia mengingat seluruh isinya dengan sempurna? Apakah itu mungkin? Apakah ia benar-benar bisa melakukannya? Apapun itu, Misora hanya bisa berdiri dan menunggu.
“… aku tahu.”
“Bahwa tidak ada apapun di sana?”
“Tidak… ada sesuatu di sana. Sesuatu yang sangat spesifik, Misora.” Ryuzaki menyerahkan Insufficient Relaxation kembali ke Misora. “Buka halaman 16,” ucapnya.
“Baik.”
“Apa kata pertama halaman itu?”
“Quadratic.”
“Selanjutnya halaman 59. Kata pertamanya?”
“Ukulele.”
“Selanjutnya halaman 295. 1423 berputar tiga kali, dan mencapai 295 di putaran keempat. Kata pertama?”
“Tenacious.”
Mereka melanjutkan. 159 adalah halaman 159, 13 adalah 13, 7 adalah 7, 582 adalah 206, 752 adalah 348, 1001 adalah 249, 40 adalah 40, 51 adalah 51, dan 31 adalah 31, dan di setiap halaman, Misora membacakan kata pertamanya. Secara berurutan: “rabble,” “table,” “egg,” “arbiter,” “equable,” “thud,” “effect,”“elsewhere,” dan “name.”
“Jadi.”
“Jadi… apa?”
“Ambil huruf pertama dari setiap kata.”
“Huruf pertama? Um…”
Misora kembali ke masing-masing halaman lagi. Ia tidak memiliki ingatan yang buruk, tetapi tidak bisa mengingat dua puluh kata sekaligus. Paling tidak, tidak tanpa diperingatkan bahwa ia harus melakukannya.
“Q-U-T-R-T-E-A-E-T-E-E-N… qutr te a teen? Apa?”
“Sangat mirip dengan nama korban kedua, benar?”
“Mungkin…”
Korban kedua. Gadis berumur tiga-belas tahun. Quarter Queen.
“Ada kemiripan yang samar… Quarter Queen… hanya ada empat huruf berbeda.”
“Ya. Bagaimanapun,” kata Ryuzaki, enggan. “Empat huruf dari dua belas terlalu banyak. Sepertiga dari mereka salah. Bahkan jika satu huruf saja berbeda, seluruh teorinya runtuh. Kecuali itu sesuai dengan sempurna, tidak bisa dibilang pesan. Kukira akan ada sesuatu, tapi mungkin saja hanya kebetulan…”
“Tapi… untuk sebuah kebetulan…”
Terlalu jelas.
Bagaimana bisa?
Itu pasti disengaja.
Disengaja… atau abnormal.
“Tetap saja, Misora… tidak cocok tetap tidak cocok. Kita tadi sangat dekat, tapi…”
“Tidak, Ryuzaki. Coba pikir. Empat nomor yang salah adalah nomor di atas 376. mereka semua angka yang harus diputar balik.”
Ia membalik melintasi halaman, memeriksanya lagi. Halaman 295, kata pertama: tenacious, huruf pertama: T, huruf kedua E, huruf ketiga N, huruf keempat.. A.
“Tiga kali putaran, dan di putaran keempat… kita tidak menggunakan huruf pertama, melainkan huruf keempat. Bukan T, tetapi A. Dan dengan 582, dan “arbiter”, sekali memutar dan di putaran kedua menghasilkan R bukannya A. Itu mengubah Qutrtea menjadi Quarter.”
Dengan logika yang sama, “equable” adalah 724, jadi sekali memutar, pada putaran kedua, huruf kedua: Q.
Dan dengan 1001 dan “thud”—bukan T, tetapi U. Itu membuat Eteen menjadi Queen. Quarter Queen. L memang benar.
Pembunuhnya meninggalkan pesan.
Potongan di tubuh, dua buku yang hilang—pembunuhnya telah meninggalkan pesan. Sama seperti teka-teki silang yang dikirim pada polisi, sebuah pesan menjelaskan korban berikutnya…
“Kerja bagus, Misora,” kata Ryuzaki, tenang. “Analisis yang sangat bagus. Tak pernah terlintas di pikiranku.”
Habiss....
Seharusnya masih ada lanjutannya, tapi authornya sudah gk update lagi .-.


Death Note - Another Note : Page 2 ( Bahasa Indonesia )

By : Unknown 1

- Copyright © 2014 AndzZ - Powered by Blogger - Designed by Djogzs -